Senin, 04 Oktober 2010
21 Mei 2010
Tertawalah, tertawa akan menciptakan zat yang membuat jiwa merasa bebas oleh segala belenggu yang mengikat, belenggu yang tertancap hingga belenggu yang masih samara – samar. Tertawa karena sebuah cerita yang berfaedah, bukan tertawa karena berhasil menemukan dan mengejek kekurangan orang lain. Betapa sedih perasaan orang yang menjadi bahan tertawaan oleh teman, sahabat, saudara ataupun orang disekitarnya, hatinya berkecamuk dan merasa tidak betah. Pikirannya akan melayang – layang mencitakan sebuah benih dendam secara diam – diam dan berniat membalas ejekan dengan cara menciptakan tawa. Maka dari itu, jagalah lidah untuk tidak mengundang tawa yang tidak memberatkan perasaan siapapun. Untuk mengapa menghadirkan tawa bila ada hati yang marah olehnya. Undanglah tertawa itu dengan cara – cara yang baik, dengan cara yang tidak memberatkan hati orang lain serta dengan cara lemah lembut. Tertawalah seadanya, sebab tertawa dengan terbahak – bahak hanya akan menjatuhkan harga diri sendiri. tanpa tersadar harga diri telah terenggut disebabkan tertawa yang terlalalu berlebih ataupun dilebih – lebihkan, tertawalah seadanya karena Allah tidak menyukai sesuatu yang didalamnya mengandung kata “berlebihan”. Dengan tawa ciptakan sebuah kebahagiaan terkecil sebelum adanya tangis yang menghilangkan tawa. Bergelutlah dalam tawa dalam jangka yang sementara, sebab tertawa yang terlalu lama juga akan menutup mata hati dari sesuatu yang membutuhkan ketajaman mata hati. Hati tidak akan bisa menilai sesuatu yang sebenarnya, malah hati itu akan beku karena tertawa yang tak kunjung henti tadi. Sikapilah tertawa, dari segala kekurangan dan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar