Senin, 04 Oktober 2010

30 Mei 2010


Jiwa – jiwa yang tak pernah bahagia, selalu merasa dirinya makhluk pengembala. Selalu mengiringi domba, dan hanya diam menurut. Memang, seperti itulah mereka digiring seenaknya. Mereka digiring hawa nafsu untuk menguasai dunia, selalu berprasangka menyimpang selalu berpikiran yang sesuai dengan tangan kirinya. Wajarlah, bila pada akhirnya hanya waktu penerjemah akhir kehidupan orang – orang seperti itu. Detik mereka tertelan dengan duniawi, renung mereka hanya meratapi suatu kenikmatan dunia yang gagal diraih. Apalagi tangis mereka, tangis mereka karena cinta yanga sia – sia padahal masih ada pemberi cinta yang menganugerahkan semua yang telah dimilikinya. Tertegunlah sejenak, bukankah telah banyak rahmat tuhan yang telah diterima mulai dari  nafas hingga pijakan kaki yang sama sekali tidak berpajak. Namun, seperti itulah manusia. Sudah menjadi sifat dan nalurinya ketika senang tak pernah sadar tapi setelah kesenangan itu diambil ia baru menyadari arti dari rahmat tuhan. Berterimakasihlah kepada-Nya. Kepada-Nya si pemberi hikmah, hikmah yang takkan terbayar meskipun harta Qorun sebagai penebusnya.

0 komentar:

Posting Komentar