Senin, 04 Oktober 2010
18 Juni 2010
Dalam setiap pandangan, ada beberapa yang mengemukakan keegoisan dan mendahulukan perasaannya sendiri. maka, terjadilah perbedaan pendapat. Perbedaan yang saling jatuh mnejatuhkan demi membenarkan apa yang dianngapnya benar dan telah sesuai dengan hati nuraninya. Begitulah manusia, termasuk saya sendiri. disaat orang – orang rela dengan susuah payah terbangun dipagi yang mencekam hanya karena sebuah menonton pertandingan akbar kata mereka “kepuasan” itu harga mutlak dan tak bisa diganggu gugat. Pertanyaannya apakah sebuah “kepuasan” harus dibayar dengan kantuk yang tak tertahan, berimbas pada terlambatnya semua aktivitas. Apakah harus seperti itu, ada orang yang menyela lagi katanya pertandingan itu hanya empat tahun sekali, sayang rasanya bila tidak mengikuti alur – demi alur pertandingan akbar tersebut. Kemudian saya berpendapat bahwa sudah mempunyai keputusan yang begitu bulat, adakanlah keseimbangan dan laksanakan keseimbangan itu. Bila anda ataupun saya rela menonton memberi kepuasan ragawi bangun ditengah malam hanya untuk menyaksikan sebuah even maka relakah anda mengisi dua jam hari berikutnya ataupun esok untuk beribadah, bangun ditengah malam dan bergumam dengan kajian agama selama dua jam juga. Mampukah anda melaksanakan keseimbangan itu? Mengapa? Karena tanpa adanya keseimbangan ruhiah dan jasmani hati akan mati secara perlahan – lahan. Pertanyaan berikutnya, jika even tersebut hanya dilaksanakan dalam jangka empat tahun sekali bukan alasan untuk tidak perlu melakukan saran saya tadi. Sekarang tanggal 18-06-2010 apakah besok anda masih menemui tanggal 18-06-2010 untuk hari – hari berikutnya? Pasti tidak! Apakah anda bisa menjamin bahwa empat tahun kedepan anda masih hidup, pasti anda menjawab tidak! Sedangkan even itu pasti akan terlaksana juga. Maaf bila pendapat saa membuat anda sedikit merubah mimik wajah anda sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar